Hai Mahasiswa Kecilku, Syifa Rahma

Hai, Nak. Apa kabar? Mungkin ini pertanyaan yang tidak pernah aku tanyakan kecuali saat engkau pergi, sewaktu-waktu meninggalkanku sendirian. Ntah, aku hanya selalu merindukanmu di manapun kau berada. Tiga tahun bersama, menjagamu, kadang membuat posisi jantungku selalu berdetak lebih kencang karena khawatir tidak bisa menjadi sebaik yang kau inginkan.

Nak, sering ada yang bertanya padaku tentang kita; tentang pernahkah aku bertengkar denganmu? Seperti kakak adik lainnya yang selalu berebut hal sepele dan berdebat tentang sesuatu yang tidak penting? Juga Sang Kakak yang kadang selalu sok tahu dengan kebutuhan adiknya Atau juga kakak yang sukanya memberikan seribu nasihat dan kadang-kadang dibumbui dengan sinis?

Maka Nak, engkau adalah yang paling mengetahui siapa aku, yang selalu bersamamu. Mungkin aku adalah kakak yang paling malang di dunia ini, yang mungkin tidak sebaik yang lainnya. Aku biasa untuk sok tahu, menggurui, menasihati, sesekali marah, tidak mengerti perasaanmu, tidak mendengarkan, tidak memberikan kabar, dan masih banyak lagi kekuranganku yang begitu nyata di depanmu. Begitu sabar engkau menghadapiku. Namun, Nak, ketahuilah, aku memang bukanlah yang sempurna, namun aku ingin terus menjadi yang lebih baik untukmu dan aku adalah orang yang sangat mencintaimu melebihi yang kau tau.

Nak, saat ini engkau telah memasuki usia yang bukan lagi anak-anak atau remaja. Engkau telah tumbuh menjadi manusia yang harus mendewasakan diri, bahkan melebihi usiamu. Biarlah manja bisa engkau lakukan padaku, dan keluarga, namun engkau harus menjadi pribadi yang matang untuk orang-orang di sekitarmu, maka, inilah pesanku di usia dewasamu:

Wahai Nak, jadilah pribadi yang tegas saat mengambil keputusan. Berani saat hadapi tantangan. Teguh dalam pendirian saat ada yang menggoyahkanmu. Aku selalu katakan padamu, agar jangan mudah meneteskan air mata saat ada yang menyakitimu. Engkau terlahir sebagai pribadi yang akan merubah peradaban ini dengan diri yang kau punyai. Seribu tantangan dan masalah di depan harus dijalani dengan penuh kelapangan hati, kematangan sikap, dan pikiran yang jernih. Engkau tidak terlahir untuk mudah menyerah, bersikap lemah, dan lentur dalam bersikap.

Nak, jadilah dirimu sendiri. Kau tidak bisa menjadi aku, kakak-kakakmu yang lainnya, dan tidak bisa menjadi orang lain. Kesamaan di antara kita adalah karena kita selalu bersama, aku selalu melihatmu dan engkau melihatmu, namun semuanya jalanilah dengan caramu, dengan cara yang kau anggap mampu dan menyenangkan untuk dilakukan, dan cara yang bisa membuat dirimu lebih bertumbuh.

Nak, selalu bergembiralah untuk banyak orang yang kau temui meskipun dalam kesedihan. Kesedihan adalah sesuatu yang lumrah dan biasa, jangan berlarut dengan kesedihan yang kau temui. Dalam hatimu yang terasa sempit itu, engkau harus tetap bergembira saat menemui banyak orang. Ingatlah, orang yang kau temui ibarat obat kesedihan hati yang akan terus memberikan kesenangan dan kegembiraan.

Nak, hal yang paling penting adalah libatkanlah Allah di manapun engkau berada. Prinsip ibadah adalah hal yang harus selalu engkau genggam dimanapun. Situasi apapun, jangan pernah engkau tinggalkan nama Allah. Dalam keadaan lapang dan sempit adalah engkau selalu bersamaNya.

Maafkanlah aku yang tidak bisa menjadi seperti yang engkau harapkan, Nak. Masih terngiang dalam jiwa saat engkau memelukku erat dan tangisan membuncah di atas bahuku, agar aku tidak jauh dari sisimu. Pelukkan itu masih terasa, dan selalu terasa. Aku akan menangisi diriku sendiri jika engkau tidak bahagia bersamaku meski kekurangan diri begitu banyak hinggap di antara kita.

Love u soo, adik kecilku, Syifa Rahma.

Apa Pendapat Anda?